-->

Dalam Gerak Ada Kekuatan

Kecuali menginginkan kebekuan, gerak adalah sebuah keniscayaan. Sebab dalam gerak ada sendi-sendi yang bekerja membakar kemalasan diri. Sebab dalam gerak tersemai benih-benih perubahan. Air yang diam tak dialirkan berpotensi menyimpan energi negatif mematikan. Sebaliknya air yang bergerak mengalir akan sehat dan meyegarkan. Pendaki di puncak gunung salju tak khawatir beku kedinginan sebab mereka punya gerak yang membuat suhu tubuh dalam keterjagaan.

dalam gerak ada kekuatan


Sejenak tengoklah ke belakang, bukan untuk romantisme masa silam melainkan mengambil pelajaran. Episode generasi awal umat ini tak pernah sepi dari aral melintang. Tak pernah kosong dari gangguan dan tantangan. Seakan tak ada jeda sekedar menikmati keadaan dalam kondisi nyaman. Tapi lihatlah bagaimana mereka mengukir setiap jejak yang ditorehkan dengan catatan mengesankan. Iman dalam hati tetap terasa manis karena Allah dan Rasulnya lebih mereka cintai dari apapun. Biarpun darah mengalir, luka-luka menganga, dan tapak kaki bengkak karena jauhnya sebuah perjalanan.

“Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.” (Al Anfaal [8]: 26)

Hari ini lebih dari 1,3 milyar manusia menerima risalah Islam dengan kerelaan. Memang sejak awal agama ini disyiarkan tanpa paksaan. Jumlah yang begitu besar tentu tidak muncul dengan tiba-tiba. Di dalamnya ada gerakan-gerakan yang bersinergi membentuk kokohnya bangunan dakwah. Bersatu padu saling menguatkan dalam ikatan teguh persaudaraan.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi...” (Al Anfaal [8]: 72)

Di dalam gerakan ada kekuatan. Di dalam gerakan tersimpan berkah. Bermula dari beberapa orang yang termasuk assabiqunal awwalun, Rasulullah dan para sahabat terus bergerak. Mensyiarkan agama Islam yang telah mereka yakini sebagai jalan kebenaran. Lalu tumbuhlah jumlah itu dan terus tumbuh. Kesetiaan pun terikrar dalam ba’iatul aqabah pertama, dan disusul bai’atul aqabah kedua, pada tahun 622 Masehi. Dua belas tahun sejak wahyu pertama turun.

Pada masa puncaknya, Daulah Islamiyah terbentang dari China dan India di timur hingga Afrika dan Andalusia (Spanyol) di Barat. Total sepertiga bumi berada dalam pemerintahan Islam. Itulah sebuah Negara paling luas yang pernah tercatat dalam sejarah.

Maka bergeraklah karena dengan gerak itu akan muncul kekuatan. Dengan gerak itu akan tercipta kemampuan. Sedang diam berarti kelumpuhan. Pemupus semangat. Hingga potensi hanya akan terus terpendam.

Singa yang berdiam diri di sarang
Takkan pernah dapat menerkam
Panah yang tak meninggalkan busurnya
Takkan pernah capai sasaran
(Puisi Imam Syafiie)

Maka bergeraklah. Gerak dalam keteraturan barisan. Keterpaduan gerak yang tercipta akan terkonversi menjadi kekuatan dahsyat. Lebih dahsyat dari apa yang pernah terbayangkan. Jangan tanyakan berapa besar butiran air hujan. Namun lihatlah ia bisa berubah menjadi banjir bandang. Menghanyutkan apa saja yang coba menghadang.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash Shaff [61]: 4)

Organisasi dakwah adalah Gerakan
Organisasi dakwah menjadi tempat berkumpulnya banyak orang dengan beragam potensi. Bermacam latar belakang sosial, ekonomi, kefahaman pengetahuan agama, pendidikan dan banyak lagi. Tetapi semua itu tak berarti hambatan karena semua diatasi oleh satu tujuan: melaksanakan dakwah islamiyah amar ma’ruf nahi munkar. Maka segala perbedaan berubah menjadi kekuatan.

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali 'Imran [3]: 103)

Sebagai sebuah gerakan, organisasi dakwah menjadi tempat meleburnya berbagai pemikiran untuk satu tujuan tegaknya risalah Islam. Tapi tidak berhenti di sini, gerakan butuh pembuktian. Dan kerja nyata menjadi sebuah jawaban. Agar pemikiran tak hanya teronggok di atas meja, tapi mampu terwujud dalam realisasi karya.

Filosofi Al Ma’un menjadi bukti, memaknai ayat tak cukup dengan kajian. Keindahan Islam akan terasakan saat konsep terejawantahkan dalam kehidupan. Lalu orang akan bilang, “Betapa indahnya Islam.”

Bergeraklah!
Jika diri berlindung di balik kata ketidakmampuan, sebenarnya ia sedang menipu diri dan Tuhannya dengan terang-terangan.

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Al Israa' [17]: 70)

Kemudian siapakah orang lemah perjuangan
Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia
(Emha Ainun Najib)

Untuk mencapai kemenangan gerakan bukan sekedar gerak. Ada prinsip-prinsip yang mesti diterapkan.

Pertama, sama dalam arah dan tujuan. Apa gunanya bersatu dalam sebuah gerakan bila organ-organ yang ada tak paham dengan tujuan yang hendak dicapai. Apalagi punya tujuan berbeda, tentu akan menjadi batu sandungan.

Kedua, kemampuan memimpin dan kemauan dipimpin. Tak mungkin rasanya semua jadi pemimpin, hanya mereka yang memiliki kecakapanlah yang pantas memimpin. Tapi pemimpin juga tak berarti apa-apa tanpa ada yang mau dipimpin. Keduanya sama-sama dibutuhkan. Kedua-duanya sama-sama penting. Dan insyaAllah keduanya pun akan mendapat pahala kebaikan.

Ketiga, ada kerja. Inilah buah dari gerakan. Tak sekedar kumpul melainkan punya karya. Meninggalkan kemanfaatan bagi semesta.

Keempat, evaluasi. Melihat kembali kerja yang telah ditempuhi. Bukan untuk mencari kelemahan. Bukan untuk melimpahkan kesalahan. Namun agar langkah ke depan, senantiasa ada perbaikan.

Bila telah ada gerakan yang efektif. Lalu dengan kesabaran yang melengkapi. Kemenangan umat Islam bukanlah hal sulit bagi Allah untuk mewujudkannya.
“Demi Allah, sesungguhnya Allah sungguh akan menyempurnakan perkara ini (yakni Agama Islam) sehingga seorang yang berkendaraan yang berjalan dari Shan'a ke Hadhramaut tidak ada yang ditakuti melainkan Allah atau karena takut pada serigala atas kambingnya (sebab takut sedemikian ini lumrah saja). Tetapi engkau semua itu hendak bercepat-cepat (ingin kemenangan) saja." (Riwayat Bukhari)
Wallahu a’lam bi shawwab


LihatTutupKomentar