-->

Kaum 'Aad: Kesombongan yang Menghancurkan

Jika kemajuan teknologi lantas membuat manusia bersikap sombong, belajarlah dari kisah kaum ‘Aad. Umat Nabi Hud as. ini diberikan penguasaan teknologi yang mengungguli bangsa lain pada zamannya. Mereka mampu mendirikan bangunan-bangunan kokoh yang tidak dimiliki negeri-negeri sekitarnya.

“Adapun kaum 'Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?" Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan Sesungguhnya siksa akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan.” (Fushshilat [41]: 15 -16)

Selain diberi anugerah berupa kemajuan dalam bidang teknologi, kaum ‘Aad juga memiliki kelebihan secara geografis terletak di jalur perdagangan yang ramai. Berada di jazirah Arab bagian selatan yang merupakan lalu lintas perdagangan antara India dengan negeri-negeri di jazirah Arab bagian utara. Dalam bidang pertanian, mereka menjadi penghasil wangi-wangian dari getah/dammar sejenis pohon langka yang bernilai ekonomis tinggi. Wangi-wangian ini banyak digunakan masyarakat kuno sebagai dupa pada berbagai acara keagamaan. Beragam potensi yang dimiliki maka pada zaman itu negeri kaum ‘Aad sering disebut dengan ‘Arabia yang Beruntung.’

Berbagai kelebihan itu ternyata justru membuat kaum ‘Aad berlaku sombong. Mereka membanggakan kemajuan teknologi yang telah berhasil diciptakan. Kaum ‘Aad juga menyembah banyak berhala. Di antara nama berhala yang mereka sembah yakni, Tsamud, Hataar, Wadd, Suwa, Yaghoos, Yauq dan Nasr. Allah menggambarkan kaum yang menyembah banyak berhala ini sebagai kaum yang angkuh.

“Adapun kaum 'Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?" Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami.” (Fushshilat [41]: 15)

Allah mengutus Nabi Hud as untuk memberi peringatan kepada kaum ‘Aad. Mengajak mereka untuk bertaubat dan menyembah Allah. Tetapi mereka tetap keras kepala, enggan meninggalkan kebiasaan nenek moyang mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan mereka mendustakan azab yang dikabarkan oleh Nabi Hud as.

“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang- orang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar.". Mereka menjawab: "Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu dan kami sekali-kali tidak akan di ‘azab." (Asy Syu'araa' [26]: 128 - 138)

Saat kaum ‘Aad di puncak kejayaannya, merasa memiliki kekuatan yang tidak mungkin dihancurkan oleh apapun, Allah menunjukkan kekuasaanNya. ‘Azab yang ditimpakan kepada kaum ‘Aad terjadi dalam dua tahap. Pertama berupa kemarau berkepanjangan yang membuat ladang dan kebun-kebun kekeringan. Mereka mulai dilanda kecemasan takut jika terjadi gagal panen.

Dalam kondisi seperti ini Nabi Hud as tidak putus asa untuk terus menyeru kepada kebenaran. Berharap agar mereka segera menyadari kesalahan dan memohon ampun kepada Allah supaya kekeringan yang mereka alami segera berakhir. Karena kekeringan itu menjadi pertanda dari datangnya ‘Azab Allah. Tetapi mereka justru meminta hujan kepada berhala-berhala yang selama ini disembah. Mereka menantang Nabi Hud as. untuk mendatangkan ‘azab sebagai bukti.

“Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (Al Ahqaaf [46]: 22)

Allah menjawab tantangan kaum ‘Aad itu dengan mengirimkan gumpalan awan hitam. Mereka menyangka itu pertanda datangnya hujan yang selama ini dinantikan. Tetapi dugaan itu keliru. Awan hitam itu ternyata merupakan angin taufan yang dahsyat. Membawa ribuan ton pasir sekaligus mengubur bangunan-bangunan megah yang selama ini mereka banggakan. Badai itu terjadi selama tujuh malam delapan hari.

“Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka.” (Al Haaqqah [69]: 6-8)

Nyatalah kini siapa yang lebih berkuasa. Bangunan dan benteng yang begitu kokoh itu tak mampu menjadi tempat berlindung bagi kaum ‘Aad. Mereka binasa semuanya. Sedangkan Nabi Hud as telah berhijrah ke Hadramaut dan menjalani sisa hidupnya di sana.

Penemuan Arkeologis Modern

Sejarawan yang tidak mempercayai Al Quran menganggap kisah kaum ‘Aad sebagai mitos belaka. Tetapi bukti-bukti arkeologis yang telah ditemukan pada awal tahun 1990-an menunjukkan bahwa kaum ‘Aad memang pernah ada.

Nicholas Clapp bersama timnya berhasil menelusuri daerah yang disinyalir menjadi tempat kaum ‘Aad pada masa lampau. Mereka meneliti jejak-jejak berdasarkan keterangan orang-orang Arab Badui. Kemudian melakukan pemotretan dengan dibantu badan antariksa Amerika Serikat (NASA). Dari hasil foto yang diperoleh diketahui terdapat bangunan yang terkubur di bawah gurun pasir di daerah antara Yaman dan Oman. Penduduk setempat menamainya dengan kota Ubar.

Setelah mengadakan penggalian sedalam 12 meter akhirnya mereka menemukan sisa-sisa kota kuno dengan bangunan-bangunan menyerupai kastil. Ciri utama dari bangunan itu memiliki menara atau tiang yang tinggi dan kokoh. Para peneliti meyakini itulah kota Iram yang merupakan ibukota kaum ‘Aad sebagaimana telah diterangkan dalam Al Quran.

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain.” (Al Fajr [89]: 6-8)

Demikianlah akhir peradaban dari kaum yang memiliki keunggulan dalam bidang teknologi serta diberi sumber daya alam melimpah namun mereka ingkar kepada Allah. Akhir dari kisah kesombongan suatu kaum yang berbalas kehancuran.

“Itu adalah sebagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.” (QS. Huud, 11: 100)

Pernah dimuat di Majalah Bakti sumber foto: http://hasanalsaggaf.wordpress.com

LihatTutupKomentar