-->

Tamsil Dua Pohon

Di suatu bukit tumbuh dua pohon. Pohon pertama tampak subur menghijau. Dahannya menjalar lebar dengan daun rimbun. Maklum ia tumbuh di tepian sungai berair jernih yang mengalir sepanjang tahun. Sepanjang musim.

Akar pohon itu tidak perlu bersusah payah mencari air untuk tumbuh. Cukup menjulur di sekitar batang dengan mudah memperoleh air. Kebutuhan pasokan makan dan air tersedia cukup. Akibatnya akar-akarnya hanya berkumpul di dalam tanah yang dangkal.

Pohon kedua tampaknya tidak begitu beruntung. Ia tumbuh di tebing yang tinggi. Di atas batu cadas yang keras. Daunnya tidak begitu lebat. Rantingnya hanya sedikit. Bahkan di musim kemarau kadang kering dan patah.

Akar pohon itu harus bekerja keras agar pohon tetap bertahan hidup. Ujung akar berusaha menembus bebatuan untuk menemukan air. Menjalar jauh melebar. Menghunjam jauh ke dalam bumi. Hingga pohon memiliki cengkeraman yang kuat ke tanah.

Suatu waktu hujan lebat turun. Terjadi banjir bandang yang melewati tebing sungai. Air deras menyapu apapun yang dilewati. Tanpa ampun!

Bagaimana kabar kedua pohon itu?

Pohon pertama ternyata langsung hanyut tersapu banjir. Akarnya yang dangkal tak kuat menahan derasnya air. Tamatlah riwayat pohon yang rimbun itu. Kini ia tak lebih dari sebatang kayu merana. Tanpa kehidupan.

Sedang pohon kedua ternyata masih kokoh berdiri. Akarnya yang menghunjam ke tanah memberi kekuatan untuk bertahan. Memiliki waktu untuk kembali tumbuh menatap matahari. Barulah ia sadar bahwa kesulitan, ketidaknyamanan dan berbagai ujian yang selama ini diberikan Sang Pencipta menjadi bekal baginya guna menghadapi cobaan yang lebih dahsyat. Cobaan yang tidak terkirakan sebelumnya.

Saudaraku,

Begitulah sebetulnya Allah ingin mengokohkan jiwa kita dengan berbagai cobaan. Menguatkan batin kita dengan berbagai penderitaan. Agar kita lebih siap menghadapi ujian yang lebih besar.

Orang yang tidak pernah dicoba dengan berbagai kesulitan akan mudah tumbang saat menghadapi ujian yang datang. Sebab mereka telah terbiasa hidup enak, serba mudah, serba tercukupi, serba nyaman dan dilayani. Sedang orang yang terbiasa mendapat cobaan ia akan semakin kokoh jiwanya, lebih siap mentalnya dan memiliki kesabaran yang cukup untuk bertahan dari berbagai ujian.

Maka ibaratkan dirimu sebagaimana pohon kedua yang sedang menghunjamkan akarnya ke bumi. Menguatkan pijakan kaki untuk siap bertahan menembus badai cobaan.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS. Al Baqarah 216

Selalu berhusnudzan kepada Allah yang Maha Baik.

LihatTutupKomentar