Dua macam ide. Lagi-lagi saya harus mengutip pendapat Pak Munif. Menurutnya ada dua macam ide. Satu dari Tuhan secara langsung dan yang satu melalui proses pencarian. Untuk yang pertama ide itu muncul begitu saja. Saat kita tidak menginginkannya ternyata ada ide datang. Kita harus mensyukuri ini, kalo pada saat itu kita belum siap menulis secara lengkap. Cobalah biasakan menuliskan pokok ide itu dalam catatan untuk dikembangkan di waktu lain. Jadi paling tidak kita menyiapkan catatan ke manapun pergi. Atau sekarang bisa juga membawa laptop. Karena ide itu dari Tuhan maka kita tidak bisa memaksakan datangnya.
Kedua, kadang manusia itu malas. Super malas. Sehingga dikasih ide dari Tuhan saja tidak mau menulis dan mengembangkannya. Dalam bahasa Pak Munif, lalu Tuhan marah dan ide-ide itu terhenti. Kita tidak dapat lagi ide gratisan. Pada saat seperti ini kita harus melalui proses pencarian sebelum ide itu datang kepada kita. Makanya kita harus rajin-rajin menjelajahi dunia-dunia yang menyimpan ide. Misal dengan pergi ke perpustakaan, membaca majalah atau Koran, pergi ke toko buku, membaca buku-buku, menonton berita, melihat film yang bermanfaat, surfing di internet dan semacamnya. Dengan membaca bermacam literatur itu sangat mungkin pikiran kita kecantol dengan satu topik yang bisa kita tafsirkan dan menjadi ide baru. Kemudian kita tinggal mengembangkannya.
O, ya. Pengalaman kita pun bisa menjadi sumur ide yang tidak akan pernah kering untuk ditimba. Apalagi bila kita mengedarkan padangan kita ke lingkungan sekitar, pengalaman orang lain dan seterusnya. Yakinlah bahwa ilmu Tuhan tidak terbatas. Seandainya pepohonan di muka bumi dijadikan pena dan air laut tintanya tidak akan cukup untuk menuliskan ilmu Tuhan. Pun bila didatangkan tujuh kali lipatnya sampai kering. Dan kita sah-sah saja mengambil sebagian darinya menjadi sumber ide untuk ditularkan kepada orang lain lewat tulisan.
Tu..Wa..Ga...Yuk Nulis!
Siapa yang pingin jadi penulis??? Wuih, pasti banyak yang mengaku kalo dirinya pingin menjadi penulis. Dijamin. Makanya banyak tumbuh sekolah-sekolah atau kelompok-kelompok yang berkonsentrasi mendidik calon penulis, seminar-seminar, website atau pun buku-buku tentang kepenulisan.
Lalu pertanyaan berikutnya, siapakah yang sudah berusaha mewujudkan cita-cita menjadi penulis??? Untuk pertanyaan ini mungkin masih banyak yang tunjuk jari. Tapi tentu saja usaha yang dilakukan itu berbeda-beda, ada yang ikut seminar-seminar, baca buku-buku, ikut mailing list tentang kepenulisan, ikut forum-forum kepenulisan dan semacamnya. Tapi tentu saja itu semua tidak akan pernah bisa mewujudkan mimpi menjadi penulis. Karena sebetulnya syarat utama menjadi penulis sangatlah simpel, terdiri dari tujuh huruf. M-E-N-U-L-I-S. Ya, jika kita ingin menjadi penulis kita harus memiliki hasil tulisan.
Seberapa banyak pun sertifikat pelatihan kita, seberapa banyak pun buku yang kita baca atau seberapa intens pun kita ikut forum-forum kepenulisan tetap saja tidak akan membuat orang lain menganggap kita sebagai penulis jika kita belum memiliki hasil tulisan. Ada yang memiripkan aktifitas menulis seperti aktifitas berenang. Seberapa pun hebatnya kita mengetahui bermacam-macam teknik dan teori tentang renang. Tetapi semua itu tidak akan membuat kita bisa berenang sebelum kita mencebur ke kolam dan terus berusaha hingga mahir. Maka tunggu apalagi. Segeralah menulis. Menulis apa saja. Dan Anda sudah jadi penulis!
Nah, berikutnya, untuk memudahkan kamu menjadi penulis yang baik banyak kiat atau hal-hal yang bisa membantu. Sifatnya hanya membantu. Kalo sekiranya tidak cocok dengan cara kamu, sah-sah saja kamu mengabaikannya. Atau mencari kiat lain yang sesuai, atau justru menciptakannya sendiri sesuai keinginan kita.
Mbak Koesmarwanti, yang pernah menjadi ketua FLP Yogyakarta itu memberikan beberapa langkah untuk bisa membuat tulisan.
1. Temukan ide. Latih kepekaan dengan mengikuti perkembangan yang terjadi di ‘sekitar’ kita. Sekitar diri kita. Sekitar rumah kita. Sekitar kampung kita. Sekitar negara kita dan seterusnya. Ini bisa melalui media semisal Koran majalah, televisi, internet dan semacamnya. Atau bisa juga secara langsung mengamati.
2. Setelah ide ketemu. Coba cari referensi dan perdalam ide itu dengan membaca buku-buku atau artikel-artikel yang relevan.
3. Buat sketsa tulisan dari ide itu sebelum mengembangkannya.
4. Untuk artikel dan tulisan-tulisan yang pendek, kamu juga boleh belajar dari tulisan orang lain yang sudah jadi dan pernah dimuat di media massa. Pelajari idenya, gaya bahasa yang digunakan, sistematika penyampaian ide, kalimat-kalimat penutupnya dan sebagainya. Biasanya dalam satu artikel kalimat penutup merupakan ending dari ide yang disampaikan. Buatlah agar berkesan bagi pembaca.
5. Menulis secara rutin. Mungkin ini akan susah, tapi perlu dipaksakan. Menusil memang sangat erat klaitannya dengan suasana hati dan emosi. Saat lagi ngeh, dan suasana hati mendukung mungkin akan berlembar-lembar tulisan mengalir begitu saja dari tangan kita. Otak bekerja dengan cepat dan ide-ide pun bersliweran. Tapi saat suasana kurang kondusif, jangankan menulis. Berkpikir tentang itu pun enggan. Saat tidak mood memang kerap datang dan tidak bisa diprediksi. Untuk setidaknya kita perlu mensetting suasana tempat dan hati (insyaAllah akan dibahas di bab lain).
Paksakan diri kita untuk menulis setiap hari. Buat target. Misalnya satu hari harus menulis satu halaman. Jika perlu alokasikan waktu tertentu khusus untuk kegiatan menulis. Dan jangan lupa bahwa para penulis tenar pun melakukan hal ini. Mereka secara rutin menulis setiap hari. Ingatlah bahwa pekerjaan Anda adalah menulis. Jika seorang pegawai bekerja selama delapan jam sehari, silakan Anda tentukan berapa jam Anda akan bekerja!
Seorang ulama pernah berpesan kepada Asy-Syaukani, ‘Jangan kamu hentikan kegiatan menulismu sekalipun kamu hanya menulis dua baris sehari.’ As-Syaukani mengatakan, ‘Aku pun mengamalkan pesannya itu dan ternyata kurasakan buah yang dihasilkannya.’
6. Membaca dan mengoreksi karya kamu. Lakukan ini setelah satu tulisan selesai utuh. Bisa per bab atau per topik. Jadi saat menulis jangan membaca-baca atau mengoreksi tulisan. Biarkan dia apa adanya, baik mengenai pilihan kata, susunan kalimat atau pun ketikannya. Konsentrasikan saja pikiran untuk menulis dan yakinkan diri anda bahwa tulisan ini harus selesai. Harus. Baru setelah itu kamu bisa mengoreksinya. Dan bisa diulangi di waktu lain. Sehingga tinggal membenahi yang belum pas dan menyempurnakan yang masih belum lengkap. Mengoreksi langsung pada saat menulis bagi yang belum terbiasa justru akan mengacaukan ide-ide yang ingin dituangkan dan tulisan menjadi mandeg. Susah melanjutkannya kembali.
Terkadang juga ide itu muncul secara cepat melebihi kemampuan jari-jari kita untuk menuliskannya, jadi abaikan saja penulisannya. Yang penting ide dapat direkam dalam tulisan meski masih amburadul.
7. Meminta pendapat orang lain. Setelah tulisan selesai dan kita rasa bagus. Cobalah minta pendapat kepada orang yang memang memiliki kredibilitas. Artinya orang yang mampu menilai secara objektif. Catat apa menurutnya menjadi kelebihan dan kekurangan. Kemudian kita analisa lagi. Ingat sebuah tulisan yang sudah jadi secara utuh bukan berarti alergi untuk diubah. Pengubahan kearah yang lebih baik justru sangat diperlukan. Dan penulis yang sudah mahir pun juga mengalami demikian. Terkadang satu naskah diubah-ubah sampai puluhan kali demi hasil yang maksimal.
8. Nah, untuk mendapatkan penilaiannya lebih objektif lagi, kamu bisa mengirimkan karyamu ke media massa atau pun penerbit. Jangan ragu-ragu dan jangan takut. Bila memang layak tulisan itu akan diterbitkan dan ide-ide kamu akan diketahui orang lain. Berguna bagi orang banyak. Perkara tulisan ditolak merupakan hal biasa dalam hal semacam ini. Perlu sebuah proses. Dan ini justru akan menjadi seni tersendiri bagi kita. Bagaimana kita mencoba memahami bahwa kita harus mencoba menerka keinginan orang banyak. Kita harus mampu membuat tulisan yang menarik, bukan menurut kita, tapi menurut pembaca. Ini sangat menantang. Teruslah mencoba, pasti ada jalan bagi orang yang penuh kesungguhan! Usaha yang disertai kesungguhan pasti akan menemuai jalan!