-->

Kisah Lelaki dari Langit

“Saya mendengar Rasulullah Saw., bersabda, ‘Riya’ (pamer) sekalipun kecil merupakan syirik. Dan sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang takwa dan tidak dikenal, kendati mereka tiada, mereka tetap tidak kehilangan dan sekalipun mereka ada, mereka tetap tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita petunjuk, mereka selamat dari debu yang gelap dan pekat.” (HR. Thabrani dan Hakim)

Lelaki dari langit

Abu al Faraj Ibnul Jauzi, menukilkan sebuah kisah penuh makna tentang seorang pemuda bernama Uwais al Qarni. Ia hidup sezaman dengan Rasulullah namun tidak sempat bertemu.

Pemuda dari negeri Yaman ini tak dikenal banyak orang, hidup dalam kemiskinan dan banyak orang yang menghinanya. Ia memiliki seorang ibu yang sudah tua dan buta, sehingga kebutuhan sehari-harinya harus dicukupi Uwais. Hal ini pulalah yang menyebabkan Uwais hanya bisa memendam kerinduan untuk bertemu dengan Rasulullah, apalagi ketika orang-orang datang dari Madinah dan menceritakan pertemuan mereka dengan Rasulullah. Kerinduan Uwais semakin memuncak.

Suatu kali Uwais menguatkan hati meminta ijin kepada ibunya untuk berangkat ke Madinah menemui Rasulullah. Alangkah senangnya hati Uwais karena ternyata ibunya memberi ijin, tetapi ia dipesan agar lekas kembali lagi. Setelah menyiapkan semua perbekalan untuk ibunya, Uwais kemudian memohon diri dan berangkat ke Madinah.

Sesampainya di Madinah dengan penuh semangat dan rasa bahagia, ia menuju rumah Rasulullah dan mengatakan ingin bertemu Rasulullah. Tapi sayang ia tidak bisa bertemu karena saat itu Rasulullah dan kaum Muslimin sedang berada di medan perang. Betapa sedih hati Uwais, ia ingin menunggu hingga Rasulullah kembali tetapi ia kemudian teringat pesan ibunya, agar ia lekas pulang. Karena ketaatan kepada ibunya tersebut, Uwais akhirnya kembali ke Yaman, dan meredam keinginan hatinya untuk bertemu Rasulullah. Ia melangkah pulang dengan perasaan haru.

Saat Rasulullah kembali dari medan perang, beliau langsung menanyakan perihal orang yang mencarinya. Seorang yang taat kepada ibunya, penghuni langit dan banyak dikenal di langit.

‘Aisyah menyampaikan bahwa ada seorang lelaki yang ingin bertemu Rasulullah tetapi kemudian segera pulang ke Yaman karena tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rasulullah kemudian bersabda, seraya memandang ‘Umar dan ‘Ali, “Suatu ketika, jika kalian bertemu dengannya, mintalah doa dan dimintakan ampun, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi.”

Selang beberapa lama, ‘Umar dan ‘Ali mencari Uwais dan melaksanakan apa yang disabdakan Rasulullah tersebut. Uwais kemudian berkata kepada ‘Umar dan ‘Ali, “Hamba meminta supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Pada saat meninggal, banyak orang yang tidak dikenal oleh penduduk Yaman mengantar dan mengiringi jenazah Uwais, sehingga penduduk Yaman menjadi terheran-heran. Agaknya mereka itu adalah malaikat yang diturunkan ke bumi. Barulah penduduk Yaman menyadari siapa Uwais al Qarni. Dialah hamba yang tidak dikenal di bumi, tetapi sangat terkenal di langit.

Subhanallah! Kisah Uwais di atas semestinya membuat kita merasa kecil dan tak berarti. Betapa kita dengan amal-amal yang masih terbatas, dengan kebaikan yang tidak seberapa, lebih menginginkan untuk dikenal banyak orang sebagai ahli ibadah. Ingin mendapatkan sanjung puji dari sesama manusia dan mendapat gelar orang yang shaleh. Padahal Allah memerintahkan kita untuk beribadah semata untuk mengharap ridha-Nya, dan adalah Allah Dzat yang lebih pantas untuk diharapkan balasannya.
Pernah dimuat di Majalah BAKTI
LihatTutupKomentar