-->

Menunda Kenikmatan Demi Kebahagiaan Akhirat

Ini kisah tentang Umar bin Khattab, sahabat Rasulullah sekaligus khalifah kedua menggantikan Abu Bakar memimpin daulah Islamiyah. Kekuasaannya tidak diragukan lagi. Jika pun ia menginginkan kekayaan dan segala kenikmatan duniawi dengan mudah akan segera terpenuhi. Tapi bukan demikian sifat Umar.


Suatu ketika Umar melihat Jabir bin Abdullah membawa daging.
Umar bertanya, “Apakah ini hai Jabir?”
Jabir menjawab, “Ini daging yang saya beli karena saya menginginkannya.”
Umar kemudian berkata, “Apakah semua yang kamu inginkan kamu beli? Tidakkah sebaiknya kamu mengosongkan sebagian perut kamu untuk memberikan makanan kepada tetanggamu dan keponakanmu. Tidakkah kamu perhatikan firman Allah, “Kesenanganmu telah kamu habiskan dalam kehidupanmu di dunia dan kamu telah bersenang-senang dengannya.”

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik." (Al Ahqaaf [46]: 20)

Menunda untuk menikmati setiap keinginan diri menjadikan hidup lebih tenteram. Dan manusia bisa bersabar menghadapi godaan duniawi. Karena bila diturutkan keinginan manusia tidak akan ada habisnya. Kecuali dengan datangnya ajal. Seperti disampaikan Rasulullah, meskipun mempunyai dua lembah emas manusia tidak akan pernah puas.

Pada sisi lain, perintah mengekang keinginan merasakan setiap kenikmatan duniawi bisa mengajarkan arti kesabaran bila kenikmatan itu lolos dari genggaman tangan. Agar manusia tidak larut dalam kesedihan ketika kenikmatan dunia tidak dapat diraih. Karena Allah menyediakannya di akhirat kelak.

Seorang mukmin tidak boleh silau dengan berbagai kenikmatan dan kemajuan yang diperoleh orang kafir dari hasil perniagaannya. Tidak boleh minder apalagi menjadi rendah diri. Karena sebagai mukmin punya kebanggaan sendiri, kemuliaan hidup di jalan Allah. Itulah nikmat yang tidak akan terbeli dengan harga berapapun.

Ketika kenikmatan dunia tak sempat teraih dalam genggaman, tidak perlu bersedih.
Jika kita bersabar untuk kehidupan di dunia ini, maka kelak akan mendapatkan kenikmatan tiada bandingnya. Hingga seorang yang paling menderita di dunia ini, ketika diberi kesempatan sebentar saja untuk merasakan kenikmatan akhirat, dia telah mengganggap seolah tidak pernah menderita di dunia.

Rasulullah menjelaskan, dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Penduduk dunia yang paling banyak merasakan kenikmatan yang menjadi salah seorang penghuni neraka, didatangkan pada hari kiamat, lalu dicelupkan ke dalam neraka dengan sekali celupan, kemudian dikatakan, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau melihat kebaikan sedikitpun? Apakah ada kenikmatan yang merasukimu sedikitpun?’ Anak Adam itu menjawab, ‘Tidak, demi Allah wahai Rabbku.’ 

Lalu orang yang paling menderita di dunia yang merupakan salah seorang dari penghuni surga didatangkan, lalu dicelupkan ke dalam surga dengan sekali celupan, lalu dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau melihat penderitaan sedikit pun? Apakah ada kesulitan yang merasukimu sedikit pun? Maka dia menjawab, ‘Tidak, demi Allah wahai Rabbku, tidak ada penderitaan yang merasukiku sedikit pun dan tidak pula kulihat kesulitan sedikit pun.’” (HR. Muslim)

Tundalah, karena menunda itu pun berguna. Menunda untuk menghabiskan setiap kesenangan dunia. Tundalah, menunda yang sesaat untuk yang selamanya
LihatTutupKomentar