Seumpama kita ditanya, ‘Siapakah nama Khalifah yang memimpin pada masa Al-Ghazali?’ Dapatkah kita menjawabnya? Padahal pada saat itu mungkin sangat tenar. Tetapi Al-Ghazali punya kelebihan. Dia memilki karya yang terus terjaga sampai saat ini. Melalui karya itulah banyak pembaca mengenalnya. Berbeda dengan sang khalifah.
Contoh lain, setiap tanggal 21 April, di Negara kita memperingati apa yang disebut Hari Kartini. Tokoh perempuan yang dianggap berjasa memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Apa kehebatan kartini sehingga dia begitu dikenang? Apakah di seantero negeri ini hanya Kartini saja yang memperjuangkan hak-hak kaum perempuan utamanya dalam bidang pendidikan? Jawabnya tentu tidak hanya Kartini. Tetapi Kartini memiliki kelebihan berupa karya, surat-surat korespondenisnya dengan sahabatnya di Belanda telah menjadi sebuah karya monumental yang menyiratkan pemikiran dan perjuangan Kartini secara otentik.
Itulah kehebatan sebuah karya. Ia seolah menjadi penyambung kehidupan kita. Nama kita tetap disebut-sebut meskipun mungkin jasad sudah menyatu dengan tanah. Tidak berlebihan bila Pramodya Ananta Toer mengatakan, ‘Jika umurmu tidak sepanjang umur dunia, maka sambunglah dengan pena.’
Ketenaran, kita dikenal, kita memiliki banyak teman meskipun kita belum pernah bertatap muka. Tentu hal-hal semacam itu akan mendatangkan sesuatu yang mengesankan bila kita pintar menyikapinya.
Mengenal Kemampuan Diri
Ada yang bilang proses kreatif menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kerja keras dan kerja cerdas. Maknanya dalam menjalinnya memerlukan keseriusan, konsisten dan kemampuan nalar yang memadai. Dan itu semua dapat teraih melalui proses terus menerus. Seperti seorang anak yang belajar berjalan. Mulanya mungkin dia akan banyak terjatuh dan menangis (tapi nulis gak harus sampai nangis lo ya, apalagi berdarah-darah) namun lama kelamaan dia akan kian kokoh berdiri, sampai akhirnya mahir berjalan, bahkan berlari!
Coba bayangkan kalo orang tua kita takut kita menangis dan terjatuh. Tentu sampai sekarang kita akan kesulitan untuk berjalan.
Beberapa hal yang perlu disimak.
>> Dalam memilih jenis dan karakter tulisan, bisa disesuaikan dengan kemampuan diri. Ini akan sangat mendukung dalam menjaga kerutinan kita. Sesuatu yang kita mampu dan kita senangi juga akan menjauhkan kita dari kebosanan. Saya yakin setiap orang memiliki keunikan tersendiri. Keunikan itulah yang bisa kita kembangkan. Pada tahap selanjutnya nanti mungkin akan menjadi ciri khas kita.
Para penerbit atau redaksi media cetak juga akan sangat mempertimbangkan kapasitas si penulis, dia ahli dalam bidang apa, latar belakang pendidikannya seperti apa, dan sebagainya. Sehingga jenis tulisan yang kita buat pun mestinya sesuai dengan bidang keahlian kita.
Ini berlaku untuk karya fiksi dan non-fiksi. Simaklah artikel opini ataupun cerpen di media atau buku-buku. Ada cerpen-cerpen yang bernuansa Islami, yang ditulis temen-temen dari FLP, ada juga serial remaja yang kaya akan komedi, seperti serial Lupus yang ditulis, Boim Lebom, Gola Gong dan yang lain, ada juga cerita ang nyastra’, macam cerpen Seno Gumiro Ajidarma, dan semacamnya.
Begitupun dalam artikel, ada yang menitik beratkan pada masalah, agama, sosial, pendidikan, budaya, politik, iptek dan sebagainya. Semuanya merupakan ahli di bidangnya.
Memang ada pula sesorang yang karena kapasitas intelektual serta ketokohannya bisa menulis dengan berbagai macam ragam tulisan. Seperti, Amin Rais, Gus Dur, Emha ainun Najib dan sebagainya. Mereka dapat demikian karena memang memiliki pengetahuan yang luas, namanya telah dikenal dan kemasan tulisan mereka pun layak diterbitkan.
>> Membaca buku-buku kepenulisan
Gunanya untuk memperkaya berbagai cara dan metode dalam menghasilkan sebuah tulisan. Tetapi itu semua hanya teori, sedangkan untuk aksinya, tergantung kepada diri kita.
>> Bergabung dengan komunits penulis
Selain berbagi ilmu, di sini kita juga bisa mendapatkan kritik, saran dan motivasi dalam menulis. Kita bisa saling berrlomba untuk menghasilkan karya. Bisa juga saling mengoreksi karya masing-masing. Untuk mengetahui komunitas kepenulisan, sekarang lebih mudah dengan adanya internet.
>> Mengikuti workshop, pelatihan untuk menambah wawasan, motivasi dan memperluas relasi.
Workshop biasanya menuntut dan memaksa kita untuk menghasilkan karya. Bagaimanapun bentuknya.
>> Bergabung dengan millis, atau komunitas kepenulisan di internet, mudah diakses kapan saja dan terjangkau. Kita juga bisa mengikuti informasi-informasi terbaru.